Aku camar yang tak bersayap
Aku keledai yang berkaki dua
Aku beo tanpa paruh
Dan aku.....
Hidup
Aku bukan ular
Aku bukan kera dengan sejuta kelincahannya
Aku bukan kancil dengan sejuta akalnya
Dan aku.....
Tidak mati
Seharusnya
Aku lah percikan kebahagian kecil dari Tuhan
Aku lah pecahan senyuman mu kelak
Aku lah puing surga yang mampu menyejukkanmu setiap saat
Yaa, itu lah harapan mu
Namun,
Tuhan mengirimkan ku sebagai pondasi surga mu kelak
Aku hadir bukan sebagai harapan mu
Aku hanya camar tak bersayap yang takkan penah mampu terbang sendiri
Aku keledai berkaki dua yang hanya mampu merebahkan tubuh dalam kehangatan mu
Aku hanya beo tanpa paruh, mampu bersua namun tak pernah tahu apa yang ku ucap
Mungkin bagimu aku hanya benda mati yang ditiupi ruh oleh Tuhan
Ibu,
Walau raut ku mati, aku tetap hidup
Walau raut ku mati, aku tahu kepayahan mu
Walau raut ku mati, aku pun mengerti harapan mu
Ibu,
Hidupkan aku dalam kekurangan ku..
Senin, 27 Agustus 2012
Sabtu, 25 Agustus 2012
Ayah...
Kala bintang senja mulai menabur serbuk sepi
Setelah siang memandu keramaian
Imaji pun menuntun goresan pensil
Pria bertubuh kekar dengan sorotan mata penuh kasih..
Memeluk dengan sentuhan batin
Ayah..
Yaaa, sesaat aku terdiam
Teringat pada sebuah pesan kecil dalam ponsel ku
"Arti Ayah bagi kami gadis kecilnya,,
Bagi kami yang mulai meniti hidup tanpa orangtua,
Tak jarang kami merasa rindu dengan Ibu.
Bagaimana dengan ayah?
Ibu memang tak pernah bosan menghubungi kami hanya sekedar untuk menanyakan kabar.
Ayah?
Tidak, ayah sibuk dengan urusannya di kantor.
Satu kesimpulan kecil yang kami buat hanya karena sering melihat ayah lebih banyak berhubungan dengan rekannya.
Bodoh.!!
Kami tidak pernah tahu jika ternyata ayah lah yang mengingatkan ibu untuk menghubungi kami..
Saat kecil,
Ibu lebih sering mendongeng.
Ayah?
Kemana ia?
Melihat senyumannya di pagi hari saja kami sudah senang.
Mengharapkannya di malam hari?
Harapan yang mustahil
Yaaa, lagi-lagi kami membuat kesimpulan bodoh.
Kami tidak sadar bahwa sepulang ayah bekerja, dengan wajah lelah ayah selalu menanyakan pada ibu, apa yang kami lakukan seharian.
Mengecup kening kami saat kami tertidur pulas.
Saat kami sakit,
Ayah kadang membentak
'Sudah dibilang jangan minum es!'
Kami berlari pada ibu karena takut pada ayah
Tapi kami tidak tahu bahwa sebenarnya ayah khawatir..
Ketika kami remaja,
Kami menuntut untuk dapat izin keluar malam.
Ayah dangan tegas berkata 'tidak boleh !'
Dan kami pun benar-benar tidak sadar bahwa ayah hanya ingin menjaga kami..
Karena bagi ayah, kami adalah bongkahan berlian yang diberikan oleh Tuhan
Saat kami bisa lebih dipercaya,
Ayah pun melonggarkan peraturannya.
Kami akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan ayah adalah menunggu di ruang tamu dengan sangat khawatir.
Ketika kami dewasa dan harus mengambil kehidupan di kota lain,
Ayah harus melepas kami.
Ayah, apakah tubuh ayah terasa kaku untuk memeluk kami waktu itu?
Seberapa besar bendungan yang kau bangun di pangkal mata mu?
Saat kami diwisuda,
Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untuk kami.
Ayah akan tersenyum dan bangga
Sampai ketika teman pasangan kami datang untuk meminta izin mengambil kami dari ayah
Ayah akan sangat berhati-hati dalam memberi izin
Dan akhirnya..
Saat ayah melihat kami duduk dipelaminan bersama seorang yg dianggapnya pantas,
Ayah pun tersenyum bahagia
Yaaa, tersenyum bohong dengan memasung jeritan agar tak tertularkan rasa iba
Ayah, apa kau benar-benar bisa melepaskan kami?
Apa yang kau lihat saat itu?
Gadis kecil mu, atau wanita yang siap menempuh kehidupan baru dengan pendampingnya?
Kami melihat air mata diwajah mu.
Apakah itu tangisan bahagia?
Yang bisa kami lihat dari wajah mu adalah harapan kecil mu
'Semoga Putri kecilku yang manis berbahagia bersama pasangannya'
Ayah, apakah kau masih mau menunggu kedatangan kami bersama cucu-cucu mu kelak?
Menunggu saat rambut mu mulai memutih dengan tubuh yang tidak sekuat dulu saat kami masih berada dipangkuan mu..
Maafkan kami ayah karena telah membuat mu khawatir..
Love you Ayah,,
Sincerely, your daugther"
Apa yang ku dapat.??
Tamparan kecil dari pertanyaan ku selama ini
Aku dibangunkan oleh kegelisahanku sendiri,
Tuhan menitipkan ku padanya,
Menitipkan keceriaan beserta kenalakan ku
Ayah, kau tetap pria terbaik..
Setelah siang memandu keramaian
Imaji pun menuntun goresan pensil
Pria bertubuh kekar dengan sorotan mata penuh kasih..
Memeluk dengan sentuhan batin
Ayah..
Yaaa, sesaat aku terdiam
Teringat pada sebuah pesan kecil dalam ponsel ku
"Arti Ayah bagi kami gadis kecilnya,,
Bagi kami yang mulai meniti hidup tanpa orangtua,
Tak jarang kami merasa rindu dengan Ibu.
Bagaimana dengan ayah?
Ibu memang tak pernah bosan menghubungi kami hanya sekedar untuk menanyakan kabar.
Ayah?
Tidak, ayah sibuk dengan urusannya di kantor.
Satu kesimpulan kecil yang kami buat hanya karena sering melihat ayah lebih banyak berhubungan dengan rekannya.
Bodoh.!!
Kami tidak pernah tahu jika ternyata ayah lah yang mengingatkan ibu untuk menghubungi kami..
Saat kecil,
Ibu lebih sering mendongeng.
Ayah?
Kemana ia?
Melihat senyumannya di pagi hari saja kami sudah senang.
Mengharapkannya di malam hari?
Harapan yang mustahil
Yaaa, lagi-lagi kami membuat kesimpulan bodoh.
Kami tidak sadar bahwa sepulang ayah bekerja, dengan wajah lelah ayah selalu menanyakan pada ibu, apa yang kami lakukan seharian.
Mengecup kening kami saat kami tertidur pulas.
Saat kami sakit,
Ayah kadang membentak
'Sudah dibilang jangan minum es!'
Kami berlari pada ibu karena takut pada ayah
Tapi kami tidak tahu bahwa sebenarnya ayah khawatir..
Ketika kami remaja,
Kami menuntut untuk dapat izin keluar malam.
Ayah dangan tegas berkata 'tidak boleh !'
Dan kami pun benar-benar tidak sadar bahwa ayah hanya ingin menjaga kami..
Karena bagi ayah, kami adalah bongkahan berlian yang diberikan oleh Tuhan
Saat kami bisa lebih dipercaya,
Ayah pun melonggarkan peraturannya.
Kami akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan ayah adalah menunggu di ruang tamu dengan sangat khawatir.
Ketika kami dewasa dan harus mengambil kehidupan di kota lain,
Ayah harus melepas kami.
Ayah, apakah tubuh ayah terasa kaku untuk memeluk kami waktu itu?
Seberapa besar bendungan yang kau bangun di pangkal mata mu?
Saat kami diwisuda,
Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untuk kami.
Ayah akan tersenyum dan bangga
Sampai ketika teman pasangan kami datang untuk meminta izin mengambil kami dari ayah
Ayah akan sangat berhati-hati dalam memberi izin
Dan akhirnya..
Saat ayah melihat kami duduk dipelaminan bersama seorang yg dianggapnya pantas,
Ayah pun tersenyum bahagia
Yaaa, tersenyum bohong dengan memasung jeritan agar tak tertularkan rasa iba
Ayah, apa kau benar-benar bisa melepaskan kami?
Apa yang kau lihat saat itu?
Gadis kecil mu, atau wanita yang siap menempuh kehidupan baru dengan pendampingnya?
Kami melihat air mata diwajah mu.
Apakah itu tangisan bahagia?
Yang bisa kami lihat dari wajah mu adalah harapan kecil mu
'Semoga Putri kecilku yang manis berbahagia bersama pasangannya'
Ayah, apakah kau masih mau menunggu kedatangan kami bersama cucu-cucu mu kelak?
Menunggu saat rambut mu mulai memutih dengan tubuh yang tidak sekuat dulu saat kami masih berada dipangkuan mu..
Maafkan kami ayah karena telah membuat mu khawatir..
Love you Ayah,,
Sincerely, your daugther"
Apa yang ku dapat.??
Tamparan kecil dari pertanyaan ku selama ini
Aku dibangunkan oleh kegelisahanku sendiri,
Tuhan menitipkan ku padanya,
Menitipkan keceriaan beserta kenalakan ku
Ayah, kau tetap pria terbaik..
Aku, TER-baik.?!? Mudahkah itu, Tuhan.??
Huff
Semoga saja tangan ku masih mampu untuk melakukan ini
Aku selalu tidak mengerti dengan gerakan jemari ku
Mau kemana ia, apa yang akan ia buat
Sepertinya jemari ku sudah bersatu dengan alam pikiran ku
Saat telingaku memanas, bibir ku tak mampu berucap, dan pikiran ku runyam, jari-jari ku malah mampu bergerak lebih cepat dari biasanya
Menari lebih lincah dari bisanya
Dan melompat dengan tangkas di atas tombol-tombol penuh makna
Tidak seperti saat aku berada dalam kelas ataupun ketika aku tertidur
Huff
Jadiiii
Aku tak tau.. :|
Baiklah, mungkin aku harus mengalah
Biarkan jari-jari ku ini menari di atas tombol yang penuh makna
Dan aku
Baiklah, aku akan kembali menjadi pengikutnya
Pengikut setia dalam mengikuti gerakannya
Huff
Seseorang selalu menuntutku untuk menjadi TERbaik
Astaga,,
Mudahkah itu Tuhan??
Dan dia?
Bagaimana dengan dia?
Dia seperti beo yang mampu melafalkan pancasila
Berucap namun tidak bergerak
Berkata namun tak mengerti akan makna
Dan sekarang?
Sekarang dia menuntutku..
Huff
Perintahnya memang tidak membuat ku rugi
Aku malah bisa meraup banyak keuntungan di dalamnya
Tapi, bagaimana dengan caranya?
Cara dia ketika memberi perintah untukk ku,
Cara dia ketika menghujat ku
Cara dia ketika....
Ah, sudahlah
Mengingatnya hanya akan membuat tensi darah ku meningkat
Dan mungkin sampai tidak bisa terdeteksi :|
Huff
Melihat jemari ku menari dan membiarkannya berloncatan diantara tombol-tombol ini membuat ku sedikit lebih tenang
Setidaknya aku bisa melihat tarian gratis dari salah satu bagian tubuh ku
Dan mungkin aku akan mulai mengatrol ucapan si beo
Baiklah
Tanpa kebencian, dendam, atau apapun itu
Hanya raut datar dengan sedikit sentuhan senyuman didalamnya
Semoga saja tangan ku masih mampu untuk melakukan ini
Aku selalu tidak mengerti dengan gerakan jemari ku
Mau kemana ia, apa yang akan ia buat
Sepertinya jemari ku sudah bersatu dengan alam pikiran ku
Saat telingaku memanas, bibir ku tak mampu berucap, dan pikiran ku runyam, jari-jari ku malah mampu bergerak lebih cepat dari biasanya
Menari lebih lincah dari bisanya
Dan melompat dengan tangkas di atas tombol-tombol penuh makna
Tidak seperti saat aku berada dalam kelas ataupun ketika aku tertidur
Huff
Jadiiii
Aku tak tau.. :|
Baiklah, mungkin aku harus mengalah
Biarkan jari-jari ku ini menari di atas tombol yang penuh makna
Dan aku
Baiklah, aku akan kembali menjadi pengikutnya
Pengikut setia dalam mengikuti gerakannya
Huff
Seseorang selalu menuntutku untuk menjadi TERbaik
Astaga,,
Mudahkah itu Tuhan??
Dan dia?
Bagaimana dengan dia?
Dia seperti beo yang mampu melafalkan pancasila
Berucap namun tidak bergerak
Berkata namun tak mengerti akan makna
Dan sekarang?
Sekarang dia menuntutku..
Huff
Perintahnya memang tidak membuat ku rugi
Aku malah bisa meraup banyak keuntungan di dalamnya
Tapi, bagaimana dengan caranya?
Cara dia ketika memberi perintah untukk ku,
Cara dia ketika menghujat ku
Cara dia ketika....
Ah, sudahlah
Mengingatnya hanya akan membuat tensi darah ku meningkat
Dan mungkin sampai tidak bisa terdeteksi :|
Huff
Melihat jemari ku menari dan membiarkannya berloncatan diantara tombol-tombol ini membuat ku sedikit lebih tenang
Setidaknya aku bisa melihat tarian gratis dari salah satu bagian tubuh ku
Dan mungkin aku akan mulai mengatrol ucapan si beo
Baiklah
Tanpa kebencian, dendam, atau apapun itu
Hanya raut datar dengan sedikit sentuhan senyuman didalamnya
Jumat, 24 Agustus 2012
Tulisan Apa Ini.?!?
Hari ini aku kembali menyakiti diri dengan cara terbaik ku
Hanya dengan memutar lagu, mengatur cahaya pijar, dan membangun posisi tubuh
Mereka bagian dari sponsor yang meramaikan suasana hati ku kala ini
Aku terbuai dalam alunan lagu yang sering ku putar ketika aku bersamanya
Aku terbuai dalam balutan cahaya kecil dalam ruangan dimana aku selalu menunggu kehadirannya dalam ponsel ku
Aku terbuai dalam posisi tubuh saat aku menulis pesan kecil untuknya
Bodohnya aku
Disaat aku takut terbakar, aku malah bermain api
Disaat aku takut basah, aku malah bermain air
Aku yang salah
Seharusnya, aku gunakan pelampung ku ketika kemarin aku memilih untuk ikut brlayar
Kini aku tenggelam
Aku tersesat diantara karang bisu yg hanya bisa melihat ku sebagai makhluk kecil nan bodoh
Pulangkan aku
Pulangkan aku
Pulangkan aku
Pulangkan aku dalam tubuh ku
Langganan:
Komentar (Atom)